NUSRAMEDIA.COM, MATARAM – Plt. Kepala Diskominfotik NTB, I Gede Putu Aryadi mengaku menerima 13 aduan keluhan masyarakat terkait pelayanan public dalam sepekan pasca libur lebaran melalui NTB Care.
Keluhan minggu ini kata dia, lebih banyak terkait gangguan layanan air minum (PDAM) di 3 titik pemukiman warga di wilayah lombok Tengah, Lombok Barat dan Kota Mataram.
Salah satunya adalah pengaduan warga dari komplek perumahan Rungkang Jangkuk Kota Mataram, yang melaporkan bahwa sudah sepekan ini, air PDAM macet tanpa ada penanganan dari petugas.
Demikian juga di komplek Pepabri di Lombok Tengah, warga mengadu lewat NTB Care, bahwa di wilayahnya saat ini terjadi krisis air bersih.
Kemudian lanjut Gede, keluhan lain terkait layanan PLN, sebanyak 3 aduan. Serta masalah tumpukan sampah, baik pada obyek-obyek wisata maupun pemukiman warga, di Pulau Sumbawa maupun di Pulau Lombok.
Minggu ini kata dia, masih menjadi masalah dominan yang disoroti dan dikeluhkan warga. Seperti kotornya pantai Kalaki Bima dan sejumlah kawasan wisata dan pemukiman lainnya.
Selebihnya, keluhan netizen terkait bantuan pembangunan rumah terdampak gempa sebanyak 2 aduan serta kondisi infrastruktur wilayah, seperti infrastruktur jalan rusak di sejumlah ruas jalan di Pulau Sumbawa. Salah satunya adalah ruas jalan menuju kawasan Wisata Mantar di KSB yang kondisinya memprihatinkan.
“Ada juga warga dari Bima yang menanyakan perhatian pemerintah provinsi NTB terhadap pengembangan pendidikan di Lembaga pendidikan Pondok Pesantren. Sebab Ponpes selama ini sangat berperan dalam memajukan daerah, khususnya membangun pendidikan dan moral generasi bangsa. Tapi hibah/bansos lebih banyak disalurkan ke lembaga lain, sorot pengadu kepada Gubernur. Karenanya, ia memohon kepada Gubernur agar kedepan memberikan bantuan dana yang lebih besar kepada pondok pesantren,” tuturnya.
Lebih jauh, selain 13 pengaduan yang terkait dengan pelayanan publik tersebut, pihaknya dalam minggu ini juga menerima satu pengaduan terkait dugaan pungutan liar (pungli) pada lembaga pelayanan publik.
“Dan ini sudah disalurkan/diteruskan ke instansi terkait melalui WBS pada NTB Care,” ungkap mantan Irbansus Inspektorat NTB ini.
Demikian pula keluhan terkait pelayanan publik, semuanya telah diteruskannya kepada pengelola layanan, melalui admin/petugas yang telah ditunjuk di instansi yang bersangkutan. “Harapannya, instansi yang bersangkutan, responsif dan segera berkoordinasi dengan seluruh stakeholder yang terkait untuk menanganinya,” imbuh Gde.
Hanya saja, ia mengakui sejauh ini masih ada dibeberapa unit layanan, yang responnya “lelet” terutama dari instansi diluar Pemprov NTB, seperti BUMN dan BUMD, instansi vertikal di daerah, termasuk Pemkab/Pemkot.
Misalkan keluhan tentang air minum, listrik, pelayanan JKS, layanan akta nikah, layanan perbankan dan lain-lain.
“Ini responnya sering lambat, bahkan tidak merespon. Padahal sebelumnya pada level pimpinan lembaga/unit layanan tersebut, komitmennya sangat tinggi. Dan sudah ada kerjasama dengan Gubernur NTB dalam pengelolaan dan penanganan pengaduan masyarakat melalui aplikasi NTB Care ini,” terangnya.
Untuk itu, dalam waktu dekat ini, pihaknya selaku pengelola teknis NTB Care akan mengundang admin/seluruh petugas di instansi tersebut untuk mengkonsolidasikan pengelolaan NTB Care agar lebih intens/masif.
TANGANI KELUHAN PENGUSAHA TERNAK.
Sebelumnya selama Mei 2019, Gubernur NTB melalui NTB Care menerima 71 pengaduan masyarakat. Salah satunya adalah pengaduan dari para pedagang/ pengusaha ternak, yang merasa dipersulit untuk mendapat ijin perdagangan ternak antar pulau, khususnya pengiriman sapi dari Sumbawa ke Lombok.
Pengaduan tersebut, kini sedang ditindaklanjuti oleh Pemda NTB. Bahkan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah melalui Penjabat Sekda, Iswandi, sudah menugaskan instansi yang terkait, yakni Biro ekonomi, Dinas Perdagangan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB untuk berkoordinasi dan duduk bersama dengan Jajaran Pemkab/Pemkot, untuk merespon pengaduan tersebut dan merumuskan solusinya.
Pengaduan tersebut, kini sedang didalami, dan diatensi, khususnya terkait adanya kelompok masyarakat dari sumbawa yang mengeluhkan soal perdagangan ternak antar pulau tersebut. (NM1)