HEADLINE

SJP Ajak Warga NTB Hentikan Polemik Nama Bandara di Lombok

LOMBOK TENGAH — Pergantian nama Bandara Lombok hingga kini masih menjadi persoalan. Tak sedikit pihak yang menolak nama Bandara Internasional Lombok (BIL) yang diganti menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid (BIZAM). Meski demikian, tak sedikit pula yang menyetujui perubahan nama Bandara Lombok yang berada di Kabupaten Lombok Tengah tersebut.

Sebagai wujut penolakkan, belum lama ini sejumlah tuan guru dan para ulama menggelar silaturahmi dengan TGH L M Turmudzi Badaruddin tepatnya di Yayasan Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu, Peringgarata. Dikesempatan itu, mereka menyatakan penolakkan terhadap pergantian nama BIL menjadi BIZAM.

Dalam pertemuan itu juga akan meminta Kementerian Perhubungan RI, agar mencabut keputusan menteri Perhubungan RI Nomor KP 1421 Tahun 2018, tanggal 5 September 2018 karena dianggap tidak memenuhi syarat sesuai pasal 45 ayat 2 peraturan menteri perhubungan RI No. 39 Tahun 2019.

Baca Juga:  ASN Diminta Jangan Tambah Libur : "Kalau Tidak Masuk Diberikan Sanksi"

Kesepakatan tersebut kemudian menjadi surat pernyataan bersama yang akan disampaikan ke Pemerintah Pusat terutama ke Kementerian Perhubungan RI, Kementerian Pariwisata RI dan Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin.

Terkait hal itu, Anggota DPR RI Dapil NTB II Pulau Lombok dari Farksi PKS, Suryadi Jaya Purnama atau kerap dikenal dengan panggilan SJP memberikan tanggapan sekaligus pandangannya. Dikatakan dia, bandara internasional adalah aset negara yg dikelola oleh BUMN, kebetulan berada di Lombok Tengah. “Bukan hanya milik dan kebanggaan masyarakat Lombok Tengah, tapi juga milik dan kebanggaan seluruh warga NTB,” ucapnya, Senin (21/12).

“TGH KH Zainuddin Abdul Majid, saya lebih akrab memanggil beliau dengan sebutan Maulana Syech, memang benar berasal dari Lombok Timur dan pendiri NW. Tapi beliau bukan saja milik dan kebanggaan Lombok Timur dan warga NW, tapi satu-satunya putra NTB yang jadi Pahlawan Nasional dan menjadi kebanggaan seluruh warga NTB bahkan kebanggaan bangsa Indonesia,” imbuhnya.

Baca Juga:  Mo-Novi Terus Upayakan Peningkatan Kualitas Infrastruktur di Sumbawa

Menurut SJP, nama Bandara lazim menggunakan nama tokoh atau pahlawan. Antara lain dicontohkannya, seperti Bandara Sultan Salahuddin di Bima, Bandara Sultan M Kaharuddin di Sumbawa, Bandara Ngurah Rai di Bali. “Dan hampir semua bandara menggunakan nama tokoh dan pahlawan sebagai bentuk penghargaan atas jasa para tokoh dan pahlawan agar generasi selanjutnya bukan termasuk generasi yg lupa sejarah,” tuturnya.

“Masyarakat di daerah lain sangat bangga, kompak dan mendukung apabila tempat-tempat strategis menggunakan nama tokohnya untuk diabadikan. Kita warga Lombok/Sasak sudah sepatutnya bangga ada putra Lombok/sasak bisa diabadikan secara nasional dan internasional,” tambah SJP lagi.

Selain nama bandara, ia juga memberikan sedikit pencerahan nama-nama para tokoh yang digunakan lainnya untuk diabadikan. Seperti di Lombok, kata SJP, ada nama jalan Anak Agung Gede Ngurah, Jalan Udayana, Jalan Gajah Mada dan lainnya. “Yang bukan putra daerah bahkan banyak yang tidak tahu atau mungkin belum tentu berjasa untuk daerah tapi kita terima sebagai bentuk toleransi dan persatuan,” ujarnya.

Baca Juga:  Pendaftar di BLK Sumbawa Tinggi Peminat

“Karenanya dengan segala kerendahan hati saya sebagai putra Sasak/Lombok, warga NTB mengajak keluarga saya, Inaq-Amaq (ibu-bapak), Papuk-Baloq (kakek/nenek), Dane-Dane, Guru-guru tiang (guru-guru saya) para Tuan Guru untuk kita menghentikan polemik nama bandara. Mari kita kompak saling dukung sebagai warga NTB/Lombok/Sasak. Masih banyak tokoh-tokoh kita yang harus kita abadikan ditempat strategis yang sedang di bangun oleh pemerintah seperti pelabuhan internasional di Lombok Barat dan lain-lain agar nama warga NTB semakin dikenal secara luas,” demikian SJP menambahkan. (red)